Lanjutan dari: 76 KARAKTER YAHUDI DALAM AL-QUR’AN (PART 6)

61. BANGSA YANG MENGAKU MENJADI ANAK TUHAN DAN KEKASIH- NYA

Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 18)

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan, “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih- Nya.” Katakanlah, “Tetapi mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu ?” (Kamu bukanlah anak- anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dan kepada Allahlah tempat kembali.”

Dalam Injil Matius Nabi Isa as. pernah bersabda kepada murid-muridnya: “Berbahagialah orang-orang yang berbuat baik, karena mereka ini adalah anak-anak Tuhan”.

Sabda Nabi Isa ini sebenarnya adalah merupakan ungkapan kiasan, yaitu kata “anak-anak Tuhan” dipakai sebagai pengertian “kekasih Tuhan”. Karena mereka yang berbuat kebaikan mendapatkan rahmat dan kasih sayang Tuhan. Namun bangsa Yahudi khususnya, dan Ahli Kitab pada umumnya menggunakan sabda Nabi Isa ini sebagai dalih, bahwa mereka sebagai anak-anak Tuhan.

Pengakuan bangsa Yahudi dan Nasrani yang diri mereka sebagai anak-anak Tuhan dan kekasih-Nya, oleh Allah diminta untuk membuktikan kebenarannya. Oleh karena itu di dalam ayat ini Allah mengajukan pertanyaan, “Mengapa kamu mendapat siksa dan hukuman karena dosa kamu di dunia ini?”

Sejarah bangsa Yahudi membuktikan, bahwa Haekal Sulaiman (Istana Nabi Sulaiman) yang menjadi pujaan bangsa Yahudi dapat dihancurkan oleh bangsa Romawi dan mereka kemudian menjadi bangsa yang dijajah oleh bangsa asing ini. Kerajaan Yahudi yang begitu jaya, mengapa menjadi hancur binasa karena serbuan bangsa Romawi ? Bangsa Yahudi yang mengaku menjadi anak-anak Tuhan diminta oleh Allah untuk membuktikan sampai dimana kebencian mereka itu. Sebab seorang bapak yang baik tentu tidak akan menyiksa dan menghukum anaknya sehingga mengalami kehancuran dan nasib malang. Adanya bukti sejarah mengenai kehancuran kerajaan bangsa Yahudi dan porak-porandanya Haekal Sulaiman membuktikan kebohongan pengakuan mereka.

Ayat ini menegaskan bangsa Yahudi sama dengan manusia lain. Kepada mereka berlaku secara mutlak segala sunnatullah. Sebagaimana manusia pada umumnya, kalau berbuat dosa mendapat hukuman dari Allah, maka bangsa Yahudi pun begitu juga. Allah, Sang Maha Pencipta, secara mutlak berkuasa mengatur segalanya sejalan dengan ilmu-Nya, hikmah-Nya, keadilan-Nya dan rahmat-Nya. Semua manusia adalah hamba-Nya dan tak ada seorang pun yang menjadi anak laki-laki atau perempuan-Nya.

Bangsa Yahudi dengan menyalahgunakan kelebihan karunia pada mereka di atas bangsa-bangsa lain, membentuk anggapan palsu sebagai bangsa pilihan Tuhan. Karena itu mereka menganggap bangsa lain tidak berhak menuntut persamaan derajat dengan mereka, sekalipun iman dan amal perbuatan mereka jauh lebih baik. Bangsa Yahudi merasa tidak patut beriman kepada Muhammad yang keturunan Arab itu. Sebab bangsa Arab tidak semulia bangsa Israil. Mereka beranggapan bangsa yang mulia tidak patut menjadi pengikut bangsa yang lebih rendah.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. memerangi tipu daya bangsa Yahudi dengan gigih. Namun bangsa Yahudi selalu saja menolak setiap kebenaran yang ditampilkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Misalnya: Nabi mengajarkan bahwa hanya dengan iman dan amal shaleh seseorang dapat menjadi hamba yang dicintai Allah. Tetapi bangsa Yahudi tetap bersikeras bahwa hanya merekalah yang bisa menjadi kekasih Tuhan, sekalipun mereka berbuat dosa sebesar apapun. Bahkan mereka tidak merasakan perlu adanya syari’at baru yang memperbaiki agama mereka yang sudah begitu bobrok. Sebab bagi mereka keyahudian itulah satu-satunya jaminan memperoleh jalan kebenaran. Maka tidaklah heran kalau kita menyaksikan bangsa Yahudi berani melakukan kejahatan apapun di dunia ini terhadap manusia lain di luar bangsa Yahudi.

62. BANGSA YANG PALING PENGECUT

Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 22)

“Mereka berkata, “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari padanya. Jika mereka keluar dari padanya, pasti kami akan memasukinya”

Bangsa Yahudi masa Nabi Musa diperintahkan untuk bermigrasi ke negeri Palestina. Penduduk Palestina pada saat itu adalah orang-orang perkasa dan bersikap totaliter. Palestina pada saat itu dihuni oleh suku Inaq.

Dalam riwayat-riwayat yang tersebar dikalangan bangsa Yahudi diceritakan bahwa penduduk Palestina adalah bagaikan raksasa. Kata mereka, “Mata-mata yang dikirimkan oleh Musa pada penduduk tanah suci di belakang daerah Yordan ada 12 orang, guna memata-matai dan menyebarkan situasi negeri dan penduduk sebelum kaumnya masuk ke sana. Para mata-mata ini kemudian terlihat oleh salah seorang penduduk yang perkasa, lalu menangkap mereka semua dan dimasukkannya ke dalam bajunya.

Pada riwayat lain disebutkan, “Salah seorang mereka ini ketika itu memetik buah. Sewaktu itu ia menangkap salah seorang dari mata-mata tersebut lalu ia masukkan orang tersebut bersama buahnya ke dalam lengan bajunya.

Riwayat ini muncul sebagai cermin dari mental pengecut bangsa Yahudi di dalam menghadapi resiko perjuangan. Untuk memperoleh dalih yang membenarkan sikap pengecut mereka, maka musuhnya digambarkan secara berlebihan sebagai manusia raksasa.

Dalam buku ke empat dari Kitab Taurat disebutkan sebuah penuturan tentang bangsa Palestina sebagai berikut , “Para mata-mata itu memata-matai negeri Kan’an sebagaimana diperintahkan kepada mereka. Ketika mereka kembali, mereka memotong sebatang pohon arak yang menggantung padanya seuntai kurma. Batang pohon ini dipikul oleh dua orang di antara mereka. Di samping itu mereka pun membawa sedikit buah delima dan tin. Mereka berkata kepada Musa yang sedang berada di tengah-tengah tokoh-tokoh Bani Israil , “Kami telah sampai di negeri yang tuan kirim kami ke sana. Sungguh di tempat itu banyak sekali susu dan madunya dan ini adalah buahnya. Tetapi bangsa yang mendiami tempat itu gagah-gagah. Kotanya dikelilingi benteng yang hebat sekali. Di sana kami melihat pula Bani ‘Inaq. Dan seterusnya ia berkata, “Kami lihat pula di sana orang-orang raksasa, yakni orang Bani ‘Inaq yang tinggi besar lagi seram. Sehingga kami ini terasa kecil bagai belalang, baik di mata kami sendiri maupun di mata mereka’

Dalam Taurat pun disebutkan reaksi bangsa Yahudi terhadap perintah Nabi Musa untuk memasuki negeri Palestina. Di sana disebutkan , “Bani Israil mengingat perintah Musa untuk masuk ke Tanah suci itu. ‘Tetapi mereka menangis dan mengharapkan lebih baik mati di negeri Mesir atau di daratan lain”. Mereka berkata, “Untuk apa Tuhan menyuruh datang ke negeri ini, sehingga kami terperangkap di bawah pedang, kemudian istri dan anak-anak kami menjadi barang rampasan. Bukankah lebih balk kita kembali saja ke Mesir ?”

Negeri yang dijanjikan oleh Musa kepada bangsa Yahudi adalah negeri yang subur makmur. Untuk bisa memasuki negeri tersebut Nabi Musa menyuruh mereka agar bersiaga penuh dan siap berperang melawan penduduk negeri tersebut. Tetapi karena mereka dahulunya adalah bangsa yang hidup dalam perbudakan bangsa Mesir dan selalu teraniaya, maka akhirnya mereka menjadi bangsa yang berjiwa lemah, pengecut dan tak pernah berani mengambil resiko. Untuk menutupi sikap pengecutnya mereka mencari dalih, bahwa penduduk negeri Palestina gagah dan perkasa. Karena itu mereka memilih lebih baik kembali ke Mesir. Mereka berkata kepada Musa, “Kami tidak akan mau masuk ke dalam negeri itu selama penduduknya yang gagah perkasa masih ada di sana.”

Ucapan mereka semacam ini adalah penolakan terhadap perintah Nabi Musa dan bukti betapa semangat mereka untuk menjadi manusia merdeka telah menjadi hancur, sehingga lebih baik mereka hidup dalam perbudakan dan kemelaratan daripada menanggung resiko. Bangsa Yahudi yang telah mengalami kebobrokan mental dan sikap pengecut sampai titik serendah ini menyebabkan mereka selalu tampil berlebih-lebihan jika mendapatkan sedikit ruang kebebasan. Karena itu di saat mereka dibebaskan oleh Nabi Musa dari cengkeraman bangsa Mesir mereka tidak mampu hidup secara mulia dan kesatria, bahkan sampai dengan abad kita ini bangsa Yahudi di Israil menjadi bukti dari kebenaran ayat ini.

63. BANGSA YANG DIBEBANI HUKUM YANG BERAT KARENA MENTAL MEREKA BOBROK

Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 32)

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) kepada Bani Israil, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seseorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi”

Bangsa Yahudi banyak sekali menerima kiriman Rasul-Rasul Allah dengan membawa perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk untuk membimbing mereka menjadi manusia yang baik. Telah diperintahkan kepada mereka untuk memelihara keselamatan manusia dan melindungi jiwa setiap orang. Bahkan kepada mereka diberikan ancaman hukuman yang keras bila berani melakukan pembunuhan kepada siapapun. Tetapi karena akhlaq bangsa Yahudi telah begitu bobrok, maka mereka sulit dididik akhlaqnya dan dibersihkan mentalnya. Mereka tetap berani melakukan pembunuhan, bahkan membunuh para Nabi sekalipun.

Penyebab bangsa Yahudi masih tetap melakukan pembunuhan adalah karena timbulnya perasaan dengki pada diri mereka. Kedengkian senantiasa menjadi sumber perselisihan dan pertentangan di tengah masyarakat. Seorang pendengki sangat tidak senang melihat orang lain memperoleh kebahagiaan dalam bentuk apapun. Karena itu seorang pendengki tidak berkeberatan berbuat jahat kepada korbannya, sekalipun mengakibatkan kematiannya.

Suatu bangsa yang para warganya saling dengki satu dengan lainnya, niscaya tidaklah akan sempat memproyeksikan semangat anak-anak bangsanya mencapai kemajuan di tengah-tengah bangsa lain, tidak dapat melakukan kerjasama yang baik untuk kemaslahatan dan kemajuan dalam pergaulan hidup, sehingga mereka akan menjadi budak bangsa lain. Padahal dahulu mereka pernah menjadi majikan. Mereka pun akan menjadi bangsa yang hina padahal dahulu menjadi bangsa yang mulia dan hidup makmur serta sejahtera.

Salah satu hukuman berat yang dikenakan kepada bangsa Yahudi untuk mengobati mental mereka yang bobrok ialah larangan bekerja pada hari Sabat. Selama satu hari mereka harus beribadah terus menerus, tidak boleh mencari rezki dan tinggal di dalam rumah. Begitu pula lama masa berpuasa. Mereka diwajibkan berpuasa dari sejak terbit fajar sampai bintang tampak di malam hari. Hukum-hukum yang berat semacam ini adalah untuk membersihkan mental mereka agar dapat menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan durhaka dan melampaui batas. Namun ternyata mereka tetap juga menjadi manusia durhaka.

64. BANGSA YANG PALING CEPAT BERSIKAP MENOLAK KEBENARAN DAN MENYUKAI KEBOHONGAN

Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 41)

“Hai Rasul, janganlah orang yang cepat-cepat (bersikap) kufur menyedihkan kamu, yaitu dari golongan orang-orang yang berkata dengan mulut manisnya, “Kami beriman”, namun hati mereka tidak beriman, dan dari golongan orang-orang Yahudi. Mereka senang sekali mendengarkan kebohongan (juga) senang mendengarkan perkataan kaum lain yang tidak pernah datang kepadamu. Mereka mengubah kata-kata (Taurat) dari tempat-tempat asalnya. Mereka berkata, “Jika diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah diubah) ini, maka ambillah. Tetapi jika tidak diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah diubah), janganlah kamu ambil”. Barangsiapa yang Allah kehendaki kesesatannya, maka tiadalah engkau mampu menolak sedikit pun (keputusan) dari Allah kepadanya. Mereka adalah orang-orang yang tidak Allah kehendaki menjadi bersih hatinya. Di dunia mereka mendapat kehinaan, dan di akherat mereka mendapatkan adzab yang berat.”

Ayat ini maksudnya, bahwa adA 2 golongan yang cepat memberikan reaksi menolak kebenaran.

  1. Golongan pertama ialah kaum munafiq.
  2. Golongan kedua ialah bangsa Yahudi.

Bangsa Yahudi sebenarnya sudah seringkali mendengar pembicaraan tentang Nabi dan Rasul yang dinantikan kedatangannya. Namun ketika ternyata Nabi yang diharapkan dan dinantikan kedatangannya selama ini bukan dari bangsa Yahudi sendiri, maka mereka dengan serta merta mendustakannya. Penolakan yang mereka lakukan di antaranya dengan jalan melakukan perubahan-perubahan pada teks-teks Taurat, sehingga kata-kata aslinya kabur dan hilanglah pengertian yang sebenarnya. Dengan cara ini maka masyarakat menjadi ragu-ragu atas kebenaran pernyataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bangsa Yahudi, di samping melakukan pemalsuan ayat-ayat Taurat, juga menjadi mata-mata musuh di tengah masyarakat Islam. Mereka menyampalkan berita pada pemimpin-pemimpin musuh Islam mengenai hal ihwal ummat Islam yang mereka ketahui. Tujuan penyampaian berita kepada musuh ini agar mereka dapat menerima kebohongan yang mereka propagandakan. Cara mereka membuat kebohongan ialah memberikan tambahan komentar-komentar terhadap peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi pada masyarakat Islam atau dengan memutarbalikkan fakta. Karena biasanya kabar- kabar bohong dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat, kalau yang memberitahukannya itu orang-orang yang menyaksikannya sendiri atau terlibat di dalamnya. Karena itu bangsa Yahudi mengatur siasat berpura-pura terlibat di dalam masyarakat Islam. Yang melakukan keterlibatan ini adalah tokoh-tokoh yang mahir menciptakan kebohongan-kebohongan. Kemudian tokoh-tokoh ini menyebarkannya kepada sesama orang Yahudi, sehingga masyarakat Yahudi lebih senang mendengarkan cerita-cerita bohong ini daripada mendengar dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Para tokoh bangsa Yahudi memberi nasihat kepada kalangan awam, bagaimana cara mereka harus menghadapi ajakan Rasulullah kepada Islam. Sebelum orang-orang Yahudi awam datang untuk mendengar dakwah Rasulullah, mereka telah dibekali dengan ayat-ayat Taurat yang sudah dipalsukan. Para tokoh Yahudi berpesan, kalau ajaran-ajaran Nabi Muhammad sejalan dengan ayat-ayat Taurat yang diberikan oleh pemimpin-pemimpin Yahudi ini, maka mereka disuruh mengikutinya. Tetapi kalau tidak sejalan, maka mereka dilarang mengikutinya.

Contoh kasus yang dihadapkan oleh orang-orang Yahudi kepada Rasulullah ialah seorang laki-laki dan perempuan Yahudi berzina. Para pemimpin Yahudi bermaksud meminta keputusan hukum kepada Nabi tentang perbuatan tersebut. Di dalam Taurat telah disebutkan bahwa orang yang berzina dijatuhi hukuman rajam. Tetapi mereka bermaksud untuk tidak menjalankan hukuman ini, karena merasa kasihan. Oleh sebab itu mereka mengharapkan Nabi akan menetapkan hukum yang mereka kehendaki.

Cara pemimpin Yahudi berpesan kepada orang-orang Yahudi yang disuruh datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan kata-kata, “Jika Muhammad memberikan keringanan kepadamu berupa hukuman dera sebagai pengganti hukuman rajam, maka terimalah. Tetapi kalau tetap menjatuhkan hukuman rajam, maka tolaklah.”

Tatkala mereka sampai kepada Nabi dan menceritakan persoalannya, lalu Nabi bertanya kepada mereka , “Bagaimana Taurat menetapkan hukuman terhadap perbuatan ini?” Mereka kemudian membacakan Taurat tetapi dengan tidak membaca yang sebenarnya. Tatkala Nabi menerangkan bahwa Taurat pun menetapkan hukuman rajam, mereka dengan serta merta menolak.

Sikap bangsa Yahudi yang selalu bersikeras menolak kebenaran yang datang dari non-Yahudi tidak hanya di dalam urusan agama tetapi berlaku di dalam semua aspek kehidupan. Hal ini terbukti dari sikap mereka memalsukan isi Taurat dari sejak persoalan akidah ketuhanan sampai dengan ketentuan hukuman atas perbuatan zina yang tersebut pada ayat ini.

65. BANGSA YANG SUKA MENYURUH RAKYAT BERKONFRONTASI DENGAN ORANG-ORANG YANG BENAR

Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 41)

” … Mereka berkata: “Jika diberikan kepada kamu (Taurat Yang sudah diubah) ini, maka ambillah. Tetapi jika tidak diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah diubah), janganlah kamu ambil.”

Riwayat sebab turunnya ayat ini telah diceritakan oleh Imam Ahmad, Muslim, Abu Dawud Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir dari Al-Barra’ bin Azib, katanya , Nabi melewati seorang Yahudi yang mukanya dicoreng-moreng dengan arang seraya didera. Lalu Nabi memanggil mereka, kemudian bertanya, “Beginikah yang kalian temukan hukuman bagi pezina di dalam kitab suci kalian?” Jawab mereka , “Ya.”. Lalu Nabi memanggi! salah seorang ulama mereka kemudian bertanya kepadanya, “Aku bersumpah dengan nama Allah yang mengirimkan Taurat kepada Musa. Beginikah sebenarnya hukuman bagi pezina yang kalian temukan di dalam kitab suci kalian?” Jawabnya , “Demi Allah tidak, Sekiranya tuan tidak bersumpah kepadamu (dengan nama Allah) niscaya saya tidak akan menceritakannya. Hukuman bagi pezina yang kami temukan di dalam kitab suci kami adalah hukuman rajam. Akan tetapi berzina ini meluas di kalangan tokoh-tokoh kami, maka hukuman itu kami tinggalkan. Tetapi kalau yang melanggar orang-orang lemah (rendah), maka kami laksanakan hukuman ini dengan semestinya.” Lalu kami (orang-orang Yahudi) berkata, “Marilah kemari. Marilah kita mengadakan suatu kesepakatan, yakni kita akan menegakkan hukum kepada orang yang berpangkat maupun yang rendah. Lalu kami tetapkan, bahwa hukuman muka dicoreng-moreng dengan arang seraya didera dijadikan ganti bagi hukuman rajam;’ Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda , “Demi Allah, akulah orang pertama yang akan menghidupkan urusanmu karena engkau telah mematikannya selama ini.” Beliau lalu menyuruh menjalankan hukuman tersebut, maka dijalankanlah rajam. Kemudian Allah menurunkan ayat- Nya (ayat 41) ini.

Sejarah kasus ini membuktikan bahwa para tokoh bangsa Yahudi di Madinah dalam usahanya memusuhi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka mengerahkan anak buah atau rakyat awam untuk melawan petunjuk dan bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Terhadap cara yang kotor dilakukan oleh tokoh-tokoh Yahudi kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini, Allah memperingatkan agar beliau tidak bersedih hati. Karena pada dasarnya seseorang akan mendapat hidayah atau tidak adalah menjadi hak Allah semata-mata. Oleh karena itu hendaknya Nabi menjalankan apa yang menjadi kewajiban kepada Allah dan jangan mempedulikan konfrontasi yang dilakukan oleh masyarakat Yahudi di bawah pimpinan tokoh-tokoh mereka.

Seseorang merasa bersedih hati adalah sifat naluriah. Nabipun sebagai manusia biasa merasa sedih, kalau dalam menyampaikan kebenaran mendapat perlawanan dari orang-orang yang seharusnya mengikutinya. Karena para tokoh Yahudi telah tahu sebelumnya tentang kedatangan Nabi Muhammad sebagaimana diberitakan dalam Taurat mereka.

Nabi yang merasa bersedih hati karena sikap konfrontasi Yahudi ini mendapat teguran dari Allah. Karena merasa kesedihan yang berkelanjutan akan dapat menimbulkan keputusasaan. Sebab itu hendaklah Rasulullah menyadari siasat para tokoh Yahudi yang mengerahkan anak buahnya untuk berkonfrontasi terhadap beliau. Cara yang jitu untuk menghadapi mereka ialah mengungkapkan kebohongan dan tipu muslihat para pemimpin Yahudi itu sendiri di tengah rakyat mereka dan dengan berdasarkan kitab suci mereka sendiri. Siasat ini dengan berhasil dilakukan oleh Rasulullah sebagaimana riwayat Ahmad dan bahkan dari Umar, katanya, ” … Tatkala seorang pendeta bernama Ibnu Suraiya membaca ayat Taurat tentang hukuman bagi orang yang berzina, ia menutupkan jari-jarinya di atas ayat itu. Kemudian menyuruhnya mengangkat jari-jarinya itu. Ternyata tertulis di situ ayat rajam. Kemudian para tokoh Yahudi itu berkata kepada Nabi , “Wahai Muhammad, ternyata yang tertulis di sini adalah ayat rajam. Namun kami sudah bersepakat sejak dahulu untuk menyembunyikannya dari rakyat kami “.

Dengan siasat tantangan terbuka semacam ini Rasulullah berhasil mengambilkan konfrontasi di kalangan awam Yahudi kepada para pemimpin mereka sendiri. Bagi kita seharusnya selalu menggunakan siasat seperti ini dalam upaya melawan kembali siasat musuh-musuh Islam yang mengerahkan anak buahnya memusuhi Islam.

66. BANGSA YANG GEMAR MELAKUKAN USAHA-USAHA KOTOR

Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 42)

“Mereka senang mendengarkan kebohongan (juga) senang sekali memakan yang haram. Jika mereka datang kepadamu (meminta keputusan), maka putuskanlah perkara sesama mereka atau tinggalkanlah mereka. Jika engkau tinggalkan mereka, maka sama sekali mereka tidak akan merugikanmu sedikit pun. Tetapi jika kamu memutuskan perkara, putuskanlah perkara sesama mereka itu dengan adil. Sungguh Allah mencintai orang- orang yang adil“.

Para pendeta den tokoh-tokoh Yahudi pada masa Al-Quran turun terkenal sebagai pendusta den pemakan barang haram. Mereka biasa menerima suap atau melakukan korupsi. Bahkan mereka dengan imbalan sedikit uang bersedia melakukan pemalsuan ayat-ayat Taurat. Sebagai bukti mereka mau membuat hukum baru yang membatalkan ayat Taurat mengenai hukuman rajam bagi orang- orang yang berzina.

Dengan adanya moral yang sudah bobrok yang menimpa pendeta den pemimpin- pemimpin Yahudi, lalu mereka pun berusaha untuk menyeret Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar menyetujui penyelewengan-penyelewengan mereka dari ketentuan-ketentuan kitab Taurat. Salah satu upaya mereka adalah meminta kepada Nabi agar dapat memberikan hukuman lain bagi pelaku zina. Dengan adanya hukuman lain ini mereka berjanji untuk mengakui kebenaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Usaha kotor yang dilakukan tokoh-tokoh Yahudi terhadap hukum kitab Taurat ini adalah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa mereka selama ini tidak mengakui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah sesuatu yang sejalan dengan perintah Taurat. Akan tetapi Allah menyuruh kepada Nabi-Nya agar menolak rayuan licik bangsa Yahudi yang meminta hukuman lain pengganti rajam terhadap orang yang berbuat zina. Sebab kitab Taurat dengan tegas menetapkan hukuman rajam ini. Jika mereka tidak bersedia menjalankan ketentuan Taurat ini, maka Nabi diperintahkan untuk menolak permintaan mereka agar menghakimi perbuatan mereka itu.

Moral yang sudah bobrok pada bangsa Yahudi tidak segan-segan mendorong mereka untuk mendustakan hukum Taurat itu sendiri. Bahkan larangan Taurat untuk memakan riba pun mereka abaikan. Lebih dari itu mereka kemudian menghalalkan riba, dengan dalih riba dan keuntungan dagang sama saja. Jika bangsa Yahudi telah berani memalsukan ayat-ayat Taurat dan menyeret Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ke dalam usaha-usaha kotor mereka untuk memutarbalikkan kebenaran Taurat, maka seharusnya kita selalu wajib bersikap curiga kepada setiap gerak-gerik orang Yahudi kapan saja dan dimana saja.

67. BANGSA YANG LEBIH TAKUT KEPADA SESAMA MANUSIA DARIPADA KEPADA ALLAH

Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 44)

“Sungguh Kami telah menurunkan Kitab Taurat, berisikan petunjuk dan cahaya, yang dengan Kitab itu para Nabi yang berserah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, (juga) pada Ahli agama dan para pendeta, karena mereka disuruh memelihara kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu kamu jangan takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada-Ku dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barengsiapa tidak menghukum menurut yang Allah telah turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang kafir.”

Para pendeta Yahudi di masa Nabi Muhammad sebagian besar terlibat di dalam pemalsuan ayat-ayat Taurat dan mendustakan ajakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Islam. Mereka ini dengan sadar mengetahui, bahwa para Nabi Bani Israil telah mengabarkan kepada mereka akan datangnya seorang Nabi akhir zaman dan menjadi Rasul penutup.

Tetapi sayang sekali ayat-ayat Taurat yang menjelaskan kabar kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mereka sembunyikan. Walaupun orang yang pertama-tama memalsukan ayat-ayat Taurat bukan para pendeta Yahudi yang hidup di zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi mereka ini terus mengikuti kesesatan yang dilakukan nenek moyang mereka. Ini berarti mereka sendiri sama halnya turut berbuat pemalsuan tersebut.

Perbuatan pemalsuan ini mendapat teguran dari Allah di dalam Al-Qur’an, yaitu mereka diperingatkan agar meninggalkan upaya pemalsuan yang selama ini telah mereka kerjakan dan kembali mengikuti perintah Taurat yang sebenarnya.

Ternyata para pendeta Yahudi tidak mau mengikuti isi Taurat yang semestinya. Karena mereka takut kehilangan pengaruh di tengah masyarakatnya, kehilangan kedudukan dan kehilangan fasilitas keduniaan lainnya. Begitu pula kalangan awam bangsa Yahudi tidak mau mendengarkan seruan Taurat yang sebenarnya, karena takut ancaman para pemimpin mereka.

Dalam ayat ini Allah berseru kepada bangsa Yahudi, khususnya para pendeta mereka, yaitu “Janganlah kamu takut kepada manusia, tapi takut lah kepada Allah”. Para pendeta yang mendapat kecaman dari Al-Qur’an, karena perbuatannya menyembunyikan kebenaran dan memalsukan ayat-ayat Taurat, ternyata tidak dapat mengingkari. Karena itu mereka diperingatkan agar berani menerima kebenaran, dan jangan takut menanggung resiko yang akan menimpa mereka.

Tetapi ternyata apa yang dipilih bangsa Yahudi? Mereka tetap enggan menerima seruan kebenaran karena takut kehilangan pengaruhnya di kalangan manusia, sehingga mereka dengan penuh kedurhakaan menentang ajaran-ajaran Allah. Tantangan mereka kepada ajaran-ajaran Allah adanya sikap mereka yang memalsukan ayat-ayat Taurat yang menerangkan hal ihwal Nabi Muhammad, menyembunyikan ayat-ayat mengenai hukum-hukum tertentu, tetap menerima suap dan menyuruh anak buahnya memusuhi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

68. BANGSA YANG SENANG MENGEJEK DAN MEMPERMAINKAN AGAMA ISLAM

Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 58)

“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal“.

Diriwayatkan, bahwa bilamana tiba waktu shalat, maka salah seorang mu’adzin menyerukan adzan. Seruan adzan ini oleh Ahli Kitab umumnya, Yahudi khususnya.

Lanjut ke 76 KARAKTER YAHUDI DALAM AL-QUR’AN (PART 8)

Satu tanggapan »

  1. […] Lanjutan dari: 76 KARAKTER YAHUDI DALAM AL-QUR’AN (PART 7) […]

    Suka

  2. […] Lanjut ke 76 KARAKTER YAHUDI DALAM AL-QUR’AN (PART 7) […]

    Suka

Tinggalkan Balasan ke 76 KARAKTER YAHUDI DALAM AL-QUR’AN (PART 6) | myrepro Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.