Beberapa Daerah di Indonesia Melarang Valentine

Pelarangan perayaan Hari Valentine terjadi di beberapa daerah di Indonesia tiap tahunnya.

image

Salah satu alasan mengapa perayaan hari kasih sayang ini dilarang karena dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam dan dianggap menyimpang dari norma. Berikut beberapa daerah yang sudah melarang perayaan Valentine:

1. Kediri

Dinas Pendidikan Kota Kediri, Jawa Timur, mengirimkan surat larangan yang ditujukan ke sekolah-sekolah agar tidak menggelar perayaan Valentine pada 14 Februari 2016.

“Kami sudah kumpulkan kepala sekolah dan sudah mengirimkan surat secara resmi, agar sekolah tidak mengadakan acara yang bertepatan pada perayaan Valentine dalam bentuk apapun,” Kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Kediri, Siswanto. Menurut dia, perayaan Valentine tidak sesuai dengan moral religius dan kultur budaya Indonesia.  

Siswanto mengatakan surat larangan itu sudah dikirimkan ke sekolah-sekolah baik tingkat sekolah dasar (SD) atau yang sederajat, sekolah menengah pertama (SMP) atau yang sederajat, termasuk sekolah menengah atas (SMA) atau yang sederajat di Kota Kediri.

Sementara itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Kediri Ali Muklis mengaku satpol tidak segan-segan melakukan razia di tempat-tempat yang dinilai sering menjadi tempat berkumpulnya anak-anak muda.

“Kami selalu memantau tempat-tempat yang diindikasikan sering terdapat anak-anak muda yang memungkinkan dibuat tempat yang negatif,” katanya. Ia mengatakan, sebenarnya dalam razia, Satpol PP Kota Kediri tidak hanya dilakukan di hari-hari khusus seperti Valentine ataupun saat jam sekolah, namun di hari-hari biasa.

Selain ke tempat yang sering dikunjungi anak-anak muda, razia juga dilakukan di indekos maupun hotel di Kota Kediri. “Nanti di hari Valentine kami lebih tingkatkan lagi patroli dan dilakukan menyeluruh termasuk di indekos, hotel, maupun lokasi yang sering dipakai sebagai tempat santai,” ujar Ali. 

Hari Valentine atau disebut juga Hari Kasih Sayang diperingati setiap tanggal 14 Februari. Hari itu merupakan kesempatan bagi para kekasih untuk menyatakan cintanya. Mereka saling memberikan hadiah salah satunya kartu ucapan.

Di Amerika Serikat mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu diperluas dan termasuk pula pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita. [1]

2. Pekanbaru

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pekanbaru, Provinsi Riau menerbitkan maklumat melarang kaum muda dan pelajar di wilayah setempat merayakan “Valentine Day” yang jatuh tanggal 14 Februari karena bertentangan dengan budaya ketimuran.

“Kepada seluruh masyarakat Muslim terutama di Kota Pekanbaru agar tidak ikut merayakan budaya yang dapat menyesatkan akidah,” ujar Ketua MUI Pekanbaru, Prof Ilyas Husti, Jumat, di Pekanbaru.

Prof Ilyas Husti menilai “Valentine Day” adalah budaya barat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Namun peringatan “Valintene Day” sering jadi ajang kaum muda-mudi untuk berbuat hal-hal negatif dan juga bertentangan dengan kebudayaan melayu di Pekanbaru, dan Provinsi Riau umumnya.

MUI Pekanbaru mengimbau semua elemen masyarakat, para generasi muda-mudi dan pelajar untuk tidak ikut-ikutan merayakan “Valentine Day” yang sangat bertentangan dengan aqidah agama Islam tersebut.

Menurut Ilyas lagi, saling menghormati dan silaturrahmi dibalik perayaan “Valentine Day” itu sesungguhnya merupakan hal yang baik dan bisa dicontoh. Namun kelemahannya pada malam peringatan timbul penyelewengan makna.

Sementara saling menghormati dan menumbuhkan kasih sayang antar sesama bisa ditunjukkan sepanjang hari tidak mesti menunggu hari tersebut.

“Umat Islam diajarkan untuk saling menjaga silaturrahmi dan menumbuhkan kasih sayang antar sesama dalam sepanjang hari tidak mesti hari “Valentine Day”,” tuturnya.

Makanya MUI mengimbau kepada masyarakat khususnya orangtua agar memantau anak mereka.  “Tidak perlulah merayakan meniru budaya-budaya barat itu apalagi banyak menimbulkan dampak negatif,” tegasnya.

Ilyas juga menyarankan, Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru mencontoh kota lain yang secara tegas mengeluarkan surat edaran tentang larangan perayaan “Valentine Day”.

Sehingga intansi terkait seperti satpol PP leluasa untuk melakukan pengawasan di lapangan terutama kepada kalangan pelajar yang merayakannya. “Apalagi Pekanbaru akan menuju kota metropolitan yang madani,” tutupnya.[2]

3. Surabaya

Pemerintah Kota Surabaya, melalui Dinas Pendidikan, mengeluarkan imbauan antisipasi kepada pihak sekolah tentang perayaan Hari Valentine pada 14 Februari 2016. Surat yang bersifat segera itu menilai, Hari Valentine tidak sesuai dengan moral, sifat religius, dan budaya bangsa Indonesia.

“Surat ini sebagai antisipasi terhadap Hari Valentine,” kata Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya Sudarminto kepada Tempo, Kamis, 11 Februari 2016.

Menurut Sudarminto, surat itu telah dikirimkan kepada para kepala SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK negeri atau swasta di seluruh Surabaya. Kepala sekolah penerima surat diminta mengantisipasi anak didik yang merayakan Hari Valentine.

Sekolah, melalui kepala sekolah, juga diminta membuat surat edaran yang ditujukan kepada orang tua/wali murid untuk mengawasi putra-putrinya supaya tidak melakukan tindakan yang merugikan masa depan.

Sekolah juga diminta memberi penguatan pemahaman bahwa kasih sayang akan lebih bermakna apabila diberikan kepada orang tua, saudara, bapak/ibu guru, teman, tetangga, dan orang-orang yang berjasa di sekitarnya. Bisa juga kepada petugas keamanan, petugas kebersihan, petugas pemadam kebakaran, petugas makam, penjaga perlintasan kereta api, dan lainnya.

Dengan begitu, kata dia, surat itu tidak hanya menjadi surat edaran belaka tanpa makna. Ia menugaskan pengawas sekolah dan UPT untuk melaporkan efektivitas surat itu. “Kami akan awasi.” Dinas akan mengawasi secara acak, mengirimkan petugas ke beberapa sekolah untuk meninjau langsung dan memastikan tidak ada pelanggaran.

SMA Mujahidin Surabaya setuju dengan surat edaran itu. Sekolah menolak tegas perayaan Hari Valentine karena dianggap tidak sesuai dengan budaya Indonesia.[3]

4. Lumajang

Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang mengirimkan surat edaran ke sekolah-sekolah yang berisi larangan untuk menggelar acara terkait Hari Valentine.

“Dinas Pendidikan sudah membuat surat edaran atas seizin saya. Edaran isinya tidak boleh merayakan Valentine. Sekolah jangan sampai mempunyai program berkaitan dengan Valentine,” kata Bupati As’at, Kamis, 11 Februari 2016. 

As’at menceritakan valentine itu sebenarnya peristiwa protesnya orang yang dicegah rasa cintanya. “Sehingga kemudian dia berkorban, untuk melakukan apapun saja untuk menunjukkan bahwa cintanya itu tulus. Sampai dikatakan oleh orang-orang hari itu adalah hari kasih sayang,” kata As’at.

Masyarakat, kata bupati yang juga seorang ulama ini, tidak boleh serta merta memaknai kalau tidak merayakan valentine, berarti itu tidak punya kasih sayang.  “Itu ekspresi kasih sayang yang salah menurut saya, sehingga terjadi seperti itu (Valentine Day),” katanya. 

As’at berharap pelajar dan pemuda pemudi Lumajang tidak usah latah dengan ikut-ikutan merayakan Hari Valentine. “Kalau memang mau mencurahkan kasih sayang, adat kita sudah mengatur terutama agama kita. Sudah ikuti itu saja,” katanya.

Dia mengatakan ikut-ikutan merayakan, apalagi kalau disertai dengan perbuatan yang melanggar, ya haram hukumnya.  Karena itu, As’at mengimbau untuk tidak usah ikut-ikutan merayakan. Dia mengatakan dengan saling menghormati, itu sudah merupakan kasih sayang. 

Sebenarnya pengendali utama untuk menghindarkan anak agar tidak memiliki pemahaman yang keliru soal hari valentine adalah orang tua.  “Orang tua harus paham bahwa valentine itu adalah cara mengekspresikan kasih sayang yang salah, yang tidak perlu diadakan peringatannya,” katanya. Setiap hari menyayangi orang tua dan yang tua menyayangi yang muda, pemahaman seperti itu yang harus diberikan.[4]

5. Banda Aceh

Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal mengatakan perayaan Valentine’s Day dilarang terutama untuk generasi muda. “Sebagai masyarakat dan generasi muda Muslim tentu tidak boleh merayakan yang bukan budaya Islam. Haram hukumnya jika merayakan. Pemerintah kota berkewajiban melindungi masyarakat dan generasi muda dari perbuatan yang haram,” kata Illiza.

Ia menyatakan larangan tersebut merupakan keputusan bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kota Banda Aceh yang telah menggelar rapat sebelumnya.

6. Malang

Dinas Pendidikan Kota Malang melarang para pelajar dari tingkat SD hingga SMA di kotanya untuk merayakan hari Valentine di dalam ataupun di luar sekolah.

Larangan tersebut tertuang dalam surat yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Kota Malang per 1 Februari 2016.

7. Cianjur

Bupati Cianjur Jawa Barat Tjetjep Muchtar Soleh, tidak melarang perayaan valentine day. “Kalau mau merayakan silakan, tidak akan ada larangan khusus seperti di kotamadya atau kabupaten lain. Namun sebagai warga di Kota Santri harus bisa memilih ikut merayakan atau tidak, apalagi jika sifatnya bertentangan dengan norma agama,” kata Tjetjep Muchtar Soleh, di Cianjur, Rabu.

Dia menilai perayaan valentine day  merupakan Has Asasi Manusia. “Warga dapat memilah mana yang baik atau buruk, sehingga tidak perlu lagi diingatkan.” Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Cianjur, Jumati, mengatakan pihaknya telah memberikan imbauan ke masing-masing sekolah untuk mensosialisasikan larangan merayakan valentine.

“Sudah kami sosialisasikan, tentu kami larang siswa merayakannya sebab banyak hal dalam perayaannya yang menyimpang dari norma. Bahkan di antaranya banyak perilaku seks bebas saat valentine,” katanya.[5]

8. Mataram

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, melarang perayaan Valentine’s Day. “Perayaan Valentine’s Day kita larang karena hal itu mengikuti cara-cara orang luar yang tidak sesuai dengan syariat dan akidah Islam serta tradisi Nusantara,” kata Ketua MUI Kota Mataram TGH Mukhtar.

Sesungguhnya dalam Islam, kata Mukhtar, kasih sayang itu dilakukan setiap saat seperti yang disebutkan dalam sebuah ayat dari kitab suci Al-Qur’an yang artinya, “Semua orang Islam bersaudara dan saling kasih sayang”.

“Karena itu, sebagai umat Islam kita harus memberikan kasih sayang setiap saat, dan tidak mengkuti peringatan hari kasih sayang pada hari-hari khusus yang diciptakan oleh orang-orang luar dengan niat yang tidak benar,” katanya.

Mukhtar menilai, perayaan Valentine’s Day yang dilakukan sebagian masyarakat dengan bertukar cokelat dan lainnya merupakan ajaran yang dibuat-buat untuk kepentingan bisnis dan bisa berdampak negatif.

“Kasih sayang sebaiknya diberikan setiap saat dengan cara-cara yang sesuai dengan akidah Islam yang salah satunya dengan berbagi suka dan duka dengan sesama. Ibaratnya kalau kaki sakit, kepala juga ikut sakit,” katanya.

Sejarah Valentine’s Day

Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.

  • Cikal Bakal Hari Valentine

Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day. Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).

  • Kaitan Hari Kasih Sayang dengan Valentine

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).

Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)

  • Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:

Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.

Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.

  • 6 Kerusakan Merayakan Valentine’s Day

    • Kerusakan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir. Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim(Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammemerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    • إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ

    • “Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)
    • Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    • مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

    • “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269). Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.

  • Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman. Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua. Allah Ta’ala berfirman,
    • وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

    • “Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”(QS. Al Furqon [25]: 72). Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas. Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (LihatIqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
  • Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti. Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini. Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam,
    • مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ

    • “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

    • مَا أَعْدَدْتَ لَهَا

    • “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang tersebut menjawab,

    • مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ 

    • “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallamberkata,

    • أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

    • “(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

    • Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,

    • فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

    • “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”

    • Anas pun mengatakan,

    • فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

    • “Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”

    • Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam di atas.

    • “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”.

    • Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?

    • Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!

  • Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat.
    • “Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti:
    • “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”.
    • Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber). Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
    • Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah(1/441, Asy Syamilah). Beliaurahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”
  • Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina.
    • Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
    • Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang.Na’udzu billah min dzalik.
    • Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
    • وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

    • “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)

    • Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.

  • Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan Setan
    • Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,
    • وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

    • “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).

    • Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)

Itulah sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat.

Ingat! “Hanya orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan menerima kebenaran.”[6]

Referensi

Lihat pula

  • ^http://www.rappler.com/indonesia/122113-daerah-melarang-perayaan-valentine-day

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.